Kamis, 08 November 2012

ber uswah pada keteladanan nabi muhammad

Selama 63 tahun hidup Rosululloh Muhammad SAW, sungguh kita telah diberikan satu deskripsi profil manusia yang penuh dengan kesempurnaan. Tersaji dengan gamblang pada kita semua, perilaku dan sikap beliau untuk menjadi uswah bagi kita agar kita menjadi insan mulia, hambah Alloh SWT yang paling bertaqwa.
Saat kita menelaah fragmentasi kehidupan beliau yang tertulis dalam siroh, ada pelajaran bagi kita tentang karakteristik dan sikap beliau sebagai pemimpin, yang lekat dalam diri beliau integrasi multi kesempurnaan. Paduan kesempurnaan antara qiyadah fikriyyah dan qiyadah sakhshiyyah. Berikut ini sekelumit uraian pelajaran yang mampu kami ungkapkan tentang karakteristik kepemimpinan beliau yang hendaknya kita jadikan uswah dalam kita memimpin, memimpin siapa saja dimana saja.

A. Kejujuran yang terbukti dan teruji
Tatkala pembangunan Ka’bah sampai pada bagian Hajar Aswad, orang-orang Quraisy saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Perselisihan itu terus berlanjut selama empat atau lima hari. Perselisihan ini semakin meruncing bahkan hampir saja menjurus pada pertumpahan darah di tanah suci. Adalah Abu Ummayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumy tampil dan menawarkan jalan keluar dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini. Dengan kehendak Alloh, orang yang lewat pintu tersebut adalah Rosululloh Muhammad SAW. Tatkala mengetahui hal ini, mereka berbisik-bisik, “Inilah Al-Amin. Kami ridlo kepadanya. Inilah dia Muhammad”. (Siroh Ibnu Hisyam XII/192)
  1. Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas) sebagai seorang pemimpin, begitu pula bila sebaliknya, dapat menghancurkan kehidupan seseorang.
  2. Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang paling sederhana dan kecil sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena sesunggunya Allah menilai perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama sekali dengan ketidakjujuran selain kerugian yang mendera dan menghancurkan, sudah terlalu banyak bukti di sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.
  3. Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan sehingga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.
  4. Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji.
  5. Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat atau gemar menunda-nunda atau mengakhirkan.
  6. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan bersikaplah terbuka.
  7. Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi diri, dan segera perbaiki diri begitu ditemukan kesalahan serta bertanggungjawablah dengan sungguh-sungguh dan tulus.
  8. Jangan pernah patah semangat bila didapati masa lalu kita pernah atau banyak keidakjujuran.

B. Cakap dan Cerdas
Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kehandalan dan kecakapan kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal ini pun akan merontokkan kredibilitas.
Sebelum Perang Badar Al-Kubro, suatu sore, Rosululloh SAW mengirim mata-mata untuk mengetahui data tentang musuh. Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri, mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk melaksanakan tugas.
  1. Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang baik dan persiapan yang matang, gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan
  2. Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh kita melakukan sesuatu tanpa cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau kegagalan yang terselamatkan dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan ulang.
  3. Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap yang hati-hati dan cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena semua itu biang kesalahan dan kegagalan.
  4. Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan apapun yang kita lakukan, percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi membuat karya kita akan semakin bermutu.
  5. Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa dilakukan, jangan pernah puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan 90%, kalau kita bisa menyempurnakannya, mengapa tidak?

C. Inovatif dan Berwawasan ke Depan.

Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu apapun yang tidak berubah. Satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Oleh karena itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan maka dia akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.
Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah bahwa orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yangberuntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu yang bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada seorang muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan kemanpuan kreatif kita:
  1. Banyak membaca dan menulis.
  2. Banyak berdiskusi dan bertanya.
  3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).
  4. Banyak merenung (tafakur).
  5. Banyak berbuat dan mencoba.
  6. Banyak beribadah dan berdo'a.
Mudah-mudahan kegigihan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi orang bersih, terbuka, jujur terpercaya, kita lakukan dengan tulus karena Allah semata. Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai satu-satunya tujuan, pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita semua.

D. Tegas tapi Rendah Hati.
Setelah paman beliau, Abu Tholib, didatangi serta diiancam para pembesar Quraisy, berkatalah ia, “ Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kaumku telah mendatangiku, lalu mereka berkata begini dan begitu kepadaku. Maka hentikanlah demi diriku dan dirimu sendiri. Janganlah engkau membenaniku sesuatu di luar kesanggupanku.”
Rosululloh SAW mengira pamannya akan menelantarkannya dan sudah tidak mau lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda, “Wahai pamanku, demi Alloh, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Alloh memenangkannya atau aku ikut binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya”. (Siroh Ibnu Hisyam I/226).
Seorang pemimpin dituntut untuk bersikap tegas, terutama saat berpihak pada kebenaran. Namun tidak boleh takabur, ia harus tetap rendah hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar